Skip to main content

WASIOR KABUPATEN TELUK WONDAMA




  Sejarah
Nama Wasior berasal dari bahasa masyarakat yang tinggal di pulau yang berarti “daerah yang mudah terbakar”, karena di daerah Wasior sendiri dulunya banyak pohon bambu, yang karena gesekan sering terjadi kebakaran. Penduduk asli Kawasan Ibukota Kabupaten Teluk Wondama adalah Suku Wondamen.Sejarah perkembangan Wasior tidak bisa dipisahkan dari sejarah Injil masuk ke Papua. Pada tahun 1855 Pengkabaran injil Masuk Papua lewat Pulau Mansinam di Manokwari dan menjadi tonggak penting bagi peradaban umat manusia di Tanah Papua. Peradaban itu dimulai dengan kedatangan dua penginjil asal Jerman, yakni Car William Ottow dan Johan Gotlob geisller. Mereka datang ke Neuw Guinea ketika itu, seiring semangat kerohanian yang hebat di seluruh Eropa pada abad ke-17 dan abad ke-18.
Pada hari Minggu 5 Februari 1855, pukul 06.00 waktu setempat, mereka tiba di Pulau Mansinam, Teluk Doreh, Manokwari. Pengkabaran injil di Tanah Papua kemudian berkembang ke wilayah Windesi, Pulau Roswar dan Pulau Roon dan kemudian pada Tahun 1925 pengkabaran injil masuk ke Wasior ke daerah Miei (Kota Wasior) dan mendirikan sekolah. Salah satu pendiri sekolah di. Miei ini adalah Pendeta I.S. Kicne. Dari sekolah ini banyak lulusan tersebar di Papua, karena itu daerah Wasior menyebutnya Sasar Wondama yang artinya cahaya dari Wondama (sekolah yang pertama kali ada di daerah ini).
Pada Tahun 1954, dibentuk pemerintahan setingkat Kecamatan/distrik yang pada waktu itu bernama Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) yang lokasinya di Wasior Kota. Pada tahun 2002 berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2002 Kabupaten Teluk Wondama berdiri sebagai pemekaran dari Kabupaten Manokwari. Kawasan Ibukota Kabupaten Teluk Wondama memiliki arti strategis bagi Kabupaten Teluk Wondama.

Ibukota Kabupaten Teluk Wondama, merupakan Kabupaten yang terkena bencana banjir bandang pada tahun 2010. Bencana banjir ini, membuat Kabupaten ini porak poranda, sehingga harus dilakukan perbaikan disegala bidang. Pemerintah melakukan perbaikan hunian masyarakat yang semula terkena banjir bandang dan pemerintah juga membangun hunian sementara bagi masyarakat yang tempat tinggalnya rusak parah dan tak yang di bangun di setiap distrik untuk di huni semua keluarga yang terkena bencana banjir. Jalan-jalan kota yang rusak akibat banjir dan hujan yang membuat jalanan tergenang air di karenakan pada saat hujan muncul mata air baru di sekitar jalan, pada saat ini pemerintah melakukan perbaikan agar jalan dapat di lalui kendaraan.
Bangunan kantor, pasar, hotel, gereja dan sebagainya yang terkena banjir bandang dan mengalami kerusakan yang parah di zona rawan banjir tidak dilakukan perbaikan kembali ataupun pembangunan kembali pada wilayah zona banjir. Akan tetapi Pemerintah melakukan pengembangan wilayah kearah Selatan Kota Rasiey dan membatasi pertumbuhan penduduk pada wilayah zona banjir. IbuKota Kabupaten Teluk Wondama memiliki 3 (tiga) Distrik dengan pusat keramaian serta hiburan di Distrik Wasior, karena di distrik ini terdapat pelabuhan serta pasar sehingga segala aktifitas kecuali perkantoran terpusat disini.

Secara umum Kawasan perkotaan merupakan bagian dari Kabupaten Teluk Wondama yang teletak pada 0°,15” hingga  3°,25 “ Lintang Selatan dan 132°,35” hingga 134°,45” Bujur Timur. Kawasan Perkotaan terdiri dari 3 distrik yaitu Distrik Wasior, Distrik Wondiboy dan Distrik Rasiey dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara              : Berbatasan dengan Distrik Teluk Duairi
Sebelah selatan           : Berbatasan dengan Distrik Naikere
Sebelah barat              : Berbatasan dengan Distrik Kuri Wamesa






Gambar 1. Foto Wasior dari atas bukit Topai


Gambar 2. Hunian Tetap Sanduay Korban Bencana Banjir Bandang 4 Oktober 2010





Comments

Popular posts from this blog

UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA

Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) adalah sebuah Universitas yang bernaung dibawah Yayasan Bhinneka Tunggal Ika (YBTI) Jayapura, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) mempunyai ragam Program Studi bidang Teknik paling lengkap dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya di Papua. Di samping itu Universitas Sains dan Teknologi Jayapura atau USTJ, telah dikenal luas memiliki ragam program studi teknik paling lengkap yang terdiri dari: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP). Yang memiliki program studi Teknik Sipil, Arsitektur, Teknik Lingkungan, dan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK).  Fakultas  Teknologi Industri dan Kebumian (FTIK) yang terdiri dari: Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Pertambangan, dan Teknik Geologi. Sumber Selain Program Studi Teknik, USTJ juga menyelenggarakan Program Studi Ilmu Komputer yang tergabung dalam Fakultas Ilmu Komputer dan Manajemen (FIKOM) antara lain terdiri dari: Teknik Informatika dan Sistem Informasi. S

KABUPATEN MAMBERAMO RAYA (KASONAWEJA DAN BURMESO)

Kasonaweja dan Burmeso adalah dua kampung yang masuk dalam kawasan perkotaan Ibukota Kabupaten Mambermo Raya (Distrik Mamberamo Tengah). Kedua Kawasan ini dibatasi oleh Sungai Mamberamo dimana Kasonaweja di Sebelah Utara dan Burmeso di Sebelah Selatan. Ibukota Kabupaten Mamberamo Raya melingkupi 3 (tiga) wilayah administrasi Kampung   yaitu Kampung Burmeso, Kasonaweja dan Namunaweja dengan kordinat geografis    2°16'00"LS -    2°22'00"LS dan   137°58'00"BT - 138°4'00"BT. Pada Tahun 2019 Akses menuju Ibukota Kabupaten Mamberamo Raya ini adalah dari Kota Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen melalui jalur sungai/laut dan jalur udara dengan menggunakan angutan umum/komersial. Kondisi Prasarana Dasar di Ibukota Kabupaten Mamberamo Raya (2019) baik di Kasonaweja ataupun di Burmeso masih belum dirasakan dengan baik pelayanannya, Listrik hanya pada malam hari dan sering terjadi pemadaman akibat kerusakan mesin PLTD, jaringan dis

KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG (KAMPUNG DENOM ATUKBIN)

Kampung Denom Atukbin adalah sebuah kampung di Distrik Pepera Kabupaten Pegunungan Bintang terletak pada ketinggian 500-800 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata  22 0 C  . Pada Tahun 2016 Jumlah Penduduk Kampung Denom Atukbin adalah 68 Jiwa terdiri dari 40 jiwa penduduk laki-laki dan 28 jiwa penduduk perempuan. Akses keluar masuk kampung ini sangatlah sulit yaitu hanya bisa menempuh jalur udara dan jalan kaki melalui jalur darat. Untuk mencapai kota terdekat yaitu Kota Oksibil Kabupaten Pegunungan Bintang kebayakan masyarakat biasa menepuh jalan darat selama kurang lebih hampir 2 hari perjalanan. Tidak ada fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan ataupun fasilitas perdagangan yang dapat menjamin kesejateraan masyarakat. Selain itu belum ada Listrik maupun telekomunikasi yang baik yang dapat membantu masayarakat mengatasi ketertinggalan merekan, sejauh ini masayarakat hanya mengandalkan listrik solar sell dan radio SSB. Gambar 1. Permukiman Ka